Posted by : Adam Nazmul Kamis, 17 Oktober 2013




Angklung adalah alat musik bambu yang dimainkan dengan cara digetarkan. Suara yang dihasilkan adalah efek dari benturan tabung-tabung bambu yang menyusun instrumen tersebut. Instrumen ini digolongkan ke dalam jenis idiofon atau alat music yang sumber bunyinya berasal dari bahan dasarnya.

Angklung umumnya dikenal berasal dari daerah Jawa Barat, namun Angklung juga dapat ditemui di daerah jawa tengah, jawa timur, sumatra selatan, dan kalimantan. Pada 1938, Daeng Soetigna, warga Bandung, menciptakan angklung dengan tangga nada diatonis. Angklung tersebut berbeda dengan angklung pada umumnya yang berdasarkan tangga nada trradisional pelog atau salendro. Inovasi inilah yang kemudian membuat Angklung dengan leluasa bisa dimainkan harmonis bersama alat-alat musik Barat, bahkan bisa disajikan dalam bentuk orkestra. Sejak saat itu, Angklung semakin menuai popularitas, hingga akhirnya November 2010, UNESCO menetapkannya sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia, dengan kategori Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity, dan PBB, melalui UNESCO, pada 18 November 2012, mengakuinya sebagai sebuah warisan dunia yang harus dilestarikan. Setelah Daeng Soetigna, salah seorang muridnya, Udjo Ngalagena, meneruskan usaha Sang Guru mempopulerkan Angklung temuannya, dengan jalan mendirikan “Saung Angklung Udjo” di daerah Bandung.

Ada beberapa jenis Angklung yang terdapat di indonesia, diantaranya  Angklung Kanekes  yang berasal dari Banten. Lalu Angklung Dogdog Lojor yang terdapat di di lingkungan kasepuhan Pancer Pangawinan, sekitar Gunung Halimun. Kemudian ada Angklung Badeng yang berasal dari Garut. Selanjutnya yaitu Angklung Padaeng yakni Angklung hasil karya Daeng Soetigna, dari Bandung.

Memainkan sebuah Angklung sebenarnya sangat mudah, yaitu satu tangan memegang rangka angklung dan tangan yang lain menggoyangkan angklung hingga menghasilkan bunyi. Dalam memainkan angklung terdapat tiga teknik dasar dalam menggoyangkan angklung, yaitu  Kurulung yaitu hanya menggetarkan angklung, berikutnya Cetok  yaitu memainkan angklung dengan cara di sentakan, selanjutnya Tangkep, mirip dengan kurulung, namun salah satu tabung bambunya di tahan, dan tidak digetarkan.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Kin (Adam Nazmul) - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -